Menurut temuan terbaru, kelelawar pemakan buah di Bangladesh
ternyata menyimpan versi baru dari virus Ebola, yang bisa menyebabkan demam
berdarah parah, yakni sebuah kondisi fatal yang mengancam manusia dan primata.
Penelitian
oleh EcoHealth Alliance, sebuah
organisasi non-profit yang berfokus pada konservasi lokal dan isu-isu kesehatan
global, memperluas jangkauan penyebaran dari penyakit mematikan ini lebih dari
yang diperkirakan sebelumnya, termasuk hingga ke daratan Asia. Virus tersebut
pertama kali terdeteksi di Kongo.
“Penelitian
tentang filoviruses di Asia adalah pengembangan studi terbaru yang sangat penting
bagi kesehatan manusia, dan studi ini sangat penting untuk lebih memahami
reservoir satwa liar dan potensinya dalam penularan virus Ebola di Bangladesh,”
kata Kevin Olival, ilmuwan senior diEcoHealth
Alliance, seperti dikutip dalam jurnal Emerging
Infectious Diseases.
Virus
Ebola adalah salah satu dari dua anggota famili virus RNA yang disebut
Filoviridae.
Filoviruses
adalah patogen zoonosis (penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia) yang
menyebabkan gejala perdarahan mematikan diantara manusia dan primata
non-manusia dengan tingkat kematian hingga 80 persen.
Tempat
alami bersarangnya filoviruses tetap sulit dipahami selama beberapa dekade
belakangan ini, tetapi literatur saat ini menunjukkan bahwa kelelawar dapat
menjadi tuan rumah alam primer dari virus Ebola.
“Langkah
berikutnya adalah untuk menentukan apakah virus Ebola ini sebenarnya bisa
menyebabkan penyakit pada manusia, dan jika demikian, kami akan mengembangkan
strategi untuk mengurangi kontak dengan kelelawar dalam rangka melindungi
kesehatan manusia, tanpa merugikan kelelawar,” tutup Epstein. (jay)
0 Comments Received
Leave A Reply