NEW YORK - Setiap tahun flu selalu mewabah di Amerika Serikat (AS). Tetapi, kali ini epidemi virus itu datang lebih awal. Hingga Jumat lalu (11/1), tercatat hanya tiga di antara 50 negara bagian di Negeri Paman Sam yang bebas dari serangan virus influenza tersebut. Selama sekitar sepekan terakhir, flu telah merenggut sedikitnya 20 nyawa anak-anak. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) melaporkan bahwa wabah yang kali pertama muncul pada Desember tahun lalu itu membuat para dokter kewalahan. Tahun lalu, serangan virus influenza Sam tersebut tidak terlalu parah. Bahkan, cenderung lebih kalem dibanding tahun sebelumnya. 

Kini, serangan virus influenza telah menjadi wabah dan menyumbang 7,3 persen angka kematian di AS pada pekan lalu, terang CDC. 

Saking banyaknya warga yang terserang flu, sejumlah rumah sakit terpaksa memanfaatkan ruang instalasi gawat darurat sebagai bangsal. Bahkan, sebagian pasien terpaksa menunggu tanpa kepastian di lorong-lorong rumah sakit. 

Selama sepekan terakhir, sembilan dari 10 negara bagian AS melaporkan terjadinya lonjakan angka pasien flu. Itu tak berarti satu negara bagian, yakni California, bebas dari serangan flu. Sejauh ini, kasus flu di California masih ada pada batas normal. Namun, pemerintah tetap mengimbau warga untuk melakukan vaksinasi. 

Menurut CDC, setiap tahun flu menyerang AS pada akhir Januari atau Februari. Bahkan, dalam keadaan yang tidak masuk kategori epidemi pun, selalu ada warga yang meninggal akibat virus influenza. Tetapi, tahun ini karena serangan terjadi jauh lebih awal, jumlah korban tewas dikhawatirkan akan bertambah. Pemerintah federal (pusat) pun menggalakkan vaksinasi di seluruh negara bagian. 

Di Kota Boston, Suffolk County, Negara Bagian Massachusetts, tahun ini kasus flu melonjak 10 kali lipat daripada tahun lalu. Wali Kota Boston Thomas Menino pun langsung memberlakukan status darurat kesehatan Rabu lalu (9/1). Sebanyak 24 rumah sakit di Negara Bagian Illinois terpaksa menolak pasien yang menderita flu karena tidak lagi memiliki tempat perawatan. 

Sampai Jumat lalu, wabah flu menyebabkan 20 anak meninggal dunia. Pekan lalu pasien flu yang meninggal masih 18 orang, lapor CDC. Tahun lalu, serangan flu menyebabkan 34 orang meninggal. Dua tahun sebelumnya, epidemi flu di AS merenggut sedikitnya 282 nyawa. CDC khawatir wabah kali ini akan kembali membawa korban jiwa hingga ratusan. 

Untuk mencegah penularan flu, sejumlah keuskupan di AS mengimbau agar para pastor tidak membagikan komuni kepada umat. Selain itu, ritual salam-salaman juga diganti dengan saling membungkuk. Jika harus membagikan komuni, pastikan tangan para pastor steril. Juga, hindari menyentuh tangan atau mulut umat secara langsung, kata Robert P. Deeley, asisten uskup Boston. 

Pemerintah masing-masing negara bagian minta warga aktif melakukan pencegahan. Terutama, dengan sering cuci tangan. Sebab, vaksin tidak akan menjamin warga bebas dari serangan virus influenza. Vaksin hanya 62 persen efektif mencegah flu. Artinya, empat dari 10 warga yang sudah menerima vaksin pun tetap berisiko tinggi tertular, kata Joseph Bresee, ketua divisi influenza CDC. (AP/RTR/hep/dwi)