MERDEKA.COM, Bagi warga Palestina pendukung kelompok Harakatul al-Muqawamah
al-Islamiyah atau Hamas nama Yahya Ayash harum untuk dikenang. Dia menjadi
inspirasi ribuan pemuda Islam, khususnya di Palestina untuk gencar melawan
Israel. Dia mengubah batu menjadi bom-bom mematikan menghentikan langkah
kendaraan berat Zionis.
Dilansir dari biography.com,
hari ini dunia Islam memperingati terbunuhnya martir Hamas itu oleh badan
intelijen Israel Shin Beth. Lelaki cerdas ini memang menjadi target cukup lama.
Negeri Bintang Daud menilainya sangat berbahaya sebab otak Ayash menyimpan
ribuan ide untuk mencipta senjata-senjata dan peledak rakitan bertujuan
menggempur militer Israel. Secara fisik, tubuhnya kecil, pendiam, matanya
tajam, dan senyumnya bijaksana. Siapapun pernah bertemu dengannya melukiskan
dia sebagai pribadi rendah hati dan sederhana.
Ayash lahir di Kota
Rafah pada 22 Februari 1966. Kecerdasannya menakjubkan dan membuat para
pendidiknya geleng-geleng kepala. Dia menamatkan sekolah menengah atas dengan
nilai nyaris sempurna. Setelah lulus, dia langsung bergabung di gerakan militer
sayap kanan Hamas Brigade Izzudin al-Qassam, sembari berkuliah di Universitas
Beirzeit jurusan teknik elektro.
Pecah perang Intifada
pertama Palestina tidak mempunyai cadangan bom sebab jalur bantuan telah
ditutup Israel. Ini membuat Ayash memutar otak untuk membuat peledak dari bahan
dasar kimia bisa dibeli di apotik. Ramuannya berhasil dan bom-bom buatannya
mengguncang Zionis. Awalnya Ayash bekerja sangat licin namun mata-mata Israel tersebar
terlalu banyak hingga mereka mengantongi nama Ayash menjadi buronan nomor wahid
harus dimusnahkan.
Empat tahun Israel
mencoba mengejarnya dan Ayash terlalu licin. Mereka kehabisan akal menangkap
lelaki itu. Masa pengejaran menjadi catatan gemilang perjuangan Ayash dan
Hamas. Keterampilannya menghilang dari mata musuh memaksa Israel mengerahkan
kekuatan mereka mulai dari tentara unit-unit militer khusus, kepolisian,
tentara perbatasan, dan dinas intelijen, tapi tidak ada yang berhasil
meringkusnya.
Empat tahun sudah
Perdana Menteri Yitzhak Rabin saat itu menjabat memasang nama Ayash pada urutan
pertama dalam file khusus orang-orang sangat berbahaya. File ini mendapat
prioritas dalam program pemerintahannya. Kesepakatan terjalin setelah mereka
berhasil membuat salah satu anggota Hamas membelot untuk menjadi kaki tangan
memasang bom di saluran telepon pribadi Ayash.
Jumat, 5 Januari 1996,
televisi Israel mengumumkan Ayash telah tewas di Beit Lahia, Jalur Gaza. Bom
itu berhasil meledakkan kepalanya dan ini menjadi peristiwa paling emosional
bagi Palestina dan Hamas. Meski jasadnya hancur, dia berkesempatan mewarisi
generasi perakit bom selanjutnya di tubuh Brigade Izzudin al-Qassam.
Peledak-peledak itu masih meluluh lantakkan militer Israel buah pemikiran
Ayash.
Kini Palestina
memasuki babak baru untuk menjadi sebuah negara setelah wilayah mereka diakui
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun lalu. Namun berbagai pihak
menyangsikan Israel bakal menerima keputusan itu dan tengah menghimpun kekuatan
untuk kembali menggempur Palestina. Sebelas dua belas, Hamas pun tengah
menumpuk peledak-peledak berbahaya jika Zionis kembali menabuh genderang
perang. Seperti kata pemimpin senior Hamas Mahmud Zahar, jiwa Ayash selalu ada
di setiap nyawa pejuang Palestina dan perang Intifada.
Sumber: Merdeka.com
Sumber gambar : qassam.ps
Sumber gambar :
0 Comments Received
Leave A Reply